Amerika Serikat - Umumnya, mendeteksi serangan jantung menggunakan sebuah tabung atau pipa halus yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk merekam gambar dari plak dalam pembuluh darah. Tapi kini bisa juga memakai kartu grafis.
Serangan jantung adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Di Amerika Serikat serangan ini merengkut sedikitnya 500.000 jiwa per tahun.
Dari angka yang besar tersebut, diestimasikan bahwa 80% pasien serangan jantung meninggal karena adanya plak tersembunyi di dalam pembuluh darah. Ironisnya, hal ini tidak dapat terdeteksi dengan teknologi pencitraan medis konvensional.
Harvard Engineering, Harvard Medical School, dan Brigham & Women’s Hospital di Boston telah bergabung untuk menghindari kematian mendadak dengan menggunakan sistem non-invasive (tanpa memasukkan alat dalam tubuh) yang bisa mengestimasikan di mana plak mungkin menumpuk di dalam pembuluh darah.
Menggunakan komputasi canggih, simulasi dinamika fluida yang rumit untuk menganalisa aliran darah yang mengalir di dalam pembuluh pasien dapat dilakukan untuk memudahkan identifikasi area di mana endothelial sheer stress (ESS) rendah terjadi pada dinding pembuluh.
Kartu grafis Nvidia yang dijadikan alat pada percobaan tersebut, terbukti mampu menyediakan kekuatan komputasi 20X lebih besar untuk melakukan rekonstruksi dan simulasi aliran darah. Hal ini pada akhirnya membuat teknik simulasi yang rumit menjadi praktis dalam level klinis.
Dalam keterangan yang diterima detikINET, Sabtu (22/12/2012), teknologi ini diklaim tak hanya dapat mengurangi korban jiwa akibat serangan jantung, tapi juga proses pendeteksi serangan yang lebih cepat dan murah.
Namun hingga kini teknologi tersebut masih terus dikembangkan agar bisa disahkan penggunaannya pada rumah sakit dan pusat penelitian di seluruh penjuru dunia.
Serangan jantung adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Di Amerika Serikat serangan ini merengkut sedikitnya 500.000 jiwa per tahun.
Dari angka yang besar tersebut, diestimasikan bahwa 80% pasien serangan jantung meninggal karena adanya plak tersembunyi di dalam pembuluh darah. Ironisnya, hal ini tidak dapat terdeteksi dengan teknologi pencitraan medis konvensional.
Harvard Engineering, Harvard Medical School, dan Brigham & Women’s Hospital di Boston telah bergabung untuk menghindari kematian mendadak dengan menggunakan sistem non-invasive (tanpa memasukkan alat dalam tubuh) yang bisa mengestimasikan di mana plak mungkin menumpuk di dalam pembuluh darah.
Menggunakan komputasi canggih, simulasi dinamika fluida yang rumit untuk menganalisa aliran darah yang mengalir di dalam pembuluh pasien dapat dilakukan untuk memudahkan identifikasi area di mana endothelial sheer stress (ESS) rendah terjadi pada dinding pembuluh.
Kartu grafis Nvidia yang dijadikan alat pada percobaan tersebut, terbukti mampu menyediakan kekuatan komputasi 20X lebih besar untuk melakukan rekonstruksi dan simulasi aliran darah. Hal ini pada akhirnya membuat teknik simulasi yang rumit menjadi praktis dalam level klinis.
Dalam keterangan yang diterima detikINET, Sabtu (22/12/2012), teknologi ini diklaim tak hanya dapat mengurangi korban jiwa akibat serangan jantung, tapi juga proses pendeteksi serangan yang lebih cepat dan murah.
Namun hingga kini teknologi tersebut masih terus dikembangkan agar bisa disahkan penggunaannya pada rumah sakit dan pusat penelitian di seluruh penjuru dunia.
0 komentar:
Posting Komentar