Jakarta - Apa yang Anda harapkan dari lahirnya suatu inovasi teknologi? Beberapa pasti ada yang menjawab agar kondisi ekonomi menjadi lebih baik lagi. Padahal ada yang juga tak kalah penting, yakni dari sisi Human Centric Intelligent Society.
Human Centric Intelligent Society merupakan sebuah masa depan yang lebih baik di mana orang akan dapat hidup damai dan aman -- dengan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam berbagai aspek kehidupan.
Sedikit menengok ke belakang, pada tahun 1990-an, cakupan penggunaan TIK masih terbatas pada peningkatan produktivitas. Model layanan TIK masih terfokus pada 'Computer Centric' yang dilayani melalui arsitektur berbasis client server.
Lalu memasuki abad 21, TIK mulai memainkan peran penting dalam mentransformasi proses bisnis melalui penerapan TIK yang fokus pada 'Network Centric'. Ini adalah kali pertama di mana PC saling terkoneksi melalui jaringan global yang disebut internet.
Kemudian, sejak tahun 2010 cakupan penggunaan TIK semakin diperluas untuk mendukung kegiatan manusia di hampir tiap bidang kehidupan dan memberikan pengetahuan, sehingga terjadinya evolusi menuju TIK yang lebih 'Human Centric'.
Nah, hal inilah yang menjadi visi salah satu raksasa TI asal Jepang, Fujitsu, ketika menggodok suatu inovasi. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, mereka memulai dengan memperkecil kesenjangan antara dunia digital-- dunia online dari informasi dan komputasi, serta dunia fisik -- yaitu dunia nyata di mana manusia dan benda berada.
Dunia fisik adalah dunia yang kita tinggali, dunia yang kita lihat, dengar dan rasakan di sekitar kita. Sementara itu, dunia digital adalah dunia yang tak tersentuh, tapi dapat kita jelajahi setiap hari. Untuk mendekatkan kedua dunia itu, Fujitsu kini mengadopsi pendekatan yang lebih manusiawi dalam inovasi teknologinya.
Menurut Presiden Direktur Fujitsu Indonesia Achmad S. Sofwan, apapun yang dilakukan oleh TI itu harus membuat kehidupan jadi lebih baik. Mulai dari sisi bisnis, sosial dan beragam aspek lainnya.
"Jadi tidak bisa dari sisi ekonomi saja. Inovasi juga harus lebih manusiawi untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dalam keseharian," ujarnya, ketika di sela gathering Fujitsu, di Nusa Dua, Bali.
Pun demikian, sisi bisnis juga tak bisa dilupakan. Hal ini tentu untuk memastikan keberlangsungan inovasi dan perusahaan penggagasnya tersebut.
'Manusiawi' di sini pun tidak harus dipandang terlalu rumit. Dari hal-hal sederhana juga acuan TI for a better life sebenarnya bisa dapat dengan mudah direalisasikan.
Contoh sederhananya adalah pembelian tiket kereta api di toko minimaret, pembayaran pajak via online, atau dipostingnya video rapat Wakil Gubernur Basuki Purnama di YouTube.
"Untuk pembelian tiket KA di Alfamaret itu tentu akan memudahkan penumpang. Sayang untuk pembayaran pajak online itu masih belum terealisasi di Indonesia, mudah-mudahan tahun depan bisa terjadi. Sedangkan untuk rapat Ahok (Wagub DKI-red.) yang diposting di YouTube, itu tentu corong dari transparansi," jelas Ahmad.
Contoh lainnya yang ia jabarkan adalah soal penggunaan GPS di kendaraan. Dari adopsi tersebut, kita tentu bisa melihat suatu jalan yang paling sering dilalui oleh pemilik mobil.
"Misalnya hal itu diketahui di daerah Nusa Dua. Dari data-data tersebut itu sebenarnya juga menjadi peluang. Bisa saja kita membuka service center mobil di wilayah tersebut, karena sudah terbukti dilewati banyak kendaraan," lanjut Achmad.
"Nah, ini salah satu peluang yang muncul dari berbagai data yang terkumpul. Data tersebut bisa dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik," ia menambahkan.
Smart Grid
Human Centric Intelligent Society dalam hal ini membutuhkan integrasi vertikal dari beragam teknologi, mulai dari data center generasi terbaru, cloud fusion, jaringan, hingga sensor dan perangkat.
Fujitsu sendiri mengklaim telah berupaya mengatasi masalah yang dihadapi manusia dan dunia melalui teknologi dan inovasinya, termasuk di antaranya mengembangkan cloud computing, teknologi sensor, terminal yang tersedia di manapun serta teknologi komunikasi bergerak.
Nah, sederet solusi tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan dunia nyata terkait pangan, kesehatan, energi, transportasi, logistik, lingkungan hidup serta pengelolaan energi.
Untuk nama terakhir, salah satu produk yang menjadi andalan Fujitsu adalah Smart Grid. Ini adalah jaringan distribusi listrik generasi terbaru yang memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kehandalan pasokan listrik, memperkenalkan energi terbarukan dan mengoptimalkan penggunaan energi oleh konsumen.
Berdasarkan jaringan suplai listrik yang bertugas memasok daya, dan jaringan komunikasi yang mengawasi dan mengendalikan fasilitas yang membentuk jaringan pasok daya, TIK memungkinkan pelanggan listrik untuk meningkatkan pengelolaan energi listrik di seluruh pembangkit listriknya.
Hal ini akan memungkinkan aliran listrik yang tinggi dapat disuplai secara efisien sekaligus menciptakan masyarakat yang kaya energi, aman dan rendah karbon.
Fujitsu Smart Grid terdiri dari dua solusi: Advanced Metering Infrastructure (AMI) dan Energy Management System (EMS). Solusi AMI menawarkan penggunaan energi listrik yang optimal dengan mengumpulkan infromasi secara efisien di unit regional atau komunitas.
Kemudian, Solusi EMS mampu mengumpulkan dan mendistribusikan data dalam jumlah besar di unit regional atau komunitas, memastikan keamanan pada tiap lapisan maupun beragam tingkatan, serta menyediakan data yang bernilai tambah baru dengan meenggunakan analisa dan pengelolaan yang sistematis.
"Kami yakin pada kemampuan TIK untuk mengubah masyarakat. Inilah mengapa Fujitsu ingin mewujudkan Human Centric Intelligent Society, yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kebaikan manusia serta membentuk masa depan yang lebih cerah," pungkas Achmad.
Human Centric Intelligent Society merupakan sebuah masa depan yang lebih baik di mana orang akan dapat hidup damai dan aman -- dengan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam berbagai aspek kehidupan.
Sedikit menengok ke belakang, pada tahun 1990-an, cakupan penggunaan TIK masih terbatas pada peningkatan produktivitas. Model layanan TIK masih terfokus pada 'Computer Centric' yang dilayani melalui arsitektur berbasis client server.
Lalu memasuki abad 21, TIK mulai memainkan peran penting dalam mentransformasi proses bisnis melalui penerapan TIK yang fokus pada 'Network Centric'. Ini adalah kali pertama di mana PC saling terkoneksi melalui jaringan global yang disebut internet.
Kemudian, sejak tahun 2010 cakupan penggunaan TIK semakin diperluas untuk mendukung kegiatan manusia di hampir tiap bidang kehidupan dan memberikan pengetahuan, sehingga terjadinya evolusi menuju TIK yang lebih 'Human Centric'.
Nah, hal inilah yang menjadi visi salah satu raksasa TI asal Jepang, Fujitsu, ketika menggodok suatu inovasi. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, mereka memulai dengan memperkecil kesenjangan antara dunia digital-- dunia online dari informasi dan komputasi, serta dunia fisik -- yaitu dunia nyata di mana manusia dan benda berada.
Dunia fisik adalah dunia yang kita tinggali, dunia yang kita lihat, dengar dan rasakan di sekitar kita. Sementara itu, dunia digital adalah dunia yang tak tersentuh, tapi dapat kita jelajahi setiap hari. Untuk mendekatkan kedua dunia itu, Fujitsu kini mengadopsi pendekatan yang lebih manusiawi dalam inovasi teknologinya.
Menurut Presiden Direktur Fujitsu Indonesia Achmad S. Sofwan, apapun yang dilakukan oleh TI itu harus membuat kehidupan jadi lebih baik. Mulai dari sisi bisnis, sosial dan beragam aspek lainnya.
"Jadi tidak bisa dari sisi ekonomi saja. Inovasi juga harus lebih manusiawi untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dalam keseharian," ujarnya, ketika di sela gathering Fujitsu, di Nusa Dua, Bali.
Pun demikian, sisi bisnis juga tak bisa dilupakan. Hal ini tentu untuk memastikan keberlangsungan inovasi dan perusahaan penggagasnya tersebut.
'Manusiawi' di sini pun tidak harus dipandang terlalu rumit. Dari hal-hal sederhana juga acuan TI for a better life sebenarnya bisa dapat dengan mudah direalisasikan.
Contoh sederhananya adalah pembelian tiket kereta api di toko minimaret, pembayaran pajak via online, atau dipostingnya video rapat Wakil Gubernur Basuki Purnama di YouTube.
"Untuk pembelian tiket KA di Alfamaret itu tentu akan memudahkan penumpang. Sayang untuk pembayaran pajak online itu masih belum terealisasi di Indonesia, mudah-mudahan tahun depan bisa terjadi. Sedangkan untuk rapat Ahok (Wagub DKI-red.) yang diposting di YouTube, itu tentu corong dari transparansi," jelas Ahmad.
Contoh lainnya yang ia jabarkan adalah soal penggunaan GPS di kendaraan. Dari adopsi tersebut, kita tentu bisa melihat suatu jalan yang paling sering dilalui oleh pemilik mobil.
"Misalnya hal itu diketahui di daerah Nusa Dua. Dari data-data tersebut itu sebenarnya juga menjadi peluang. Bisa saja kita membuka service center mobil di wilayah tersebut, karena sudah terbukti dilewati banyak kendaraan," lanjut Achmad.
"Nah, ini salah satu peluang yang muncul dari berbagai data yang terkumpul. Data tersebut bisa dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik," ia menambahkan.
Smart Grid
Human Centric Intelligent Society dalam hal ini membutuhkan integrasi vertikal dari beragam teknologi, mulai dari data center generasi terbaru, cloud fusion, jaringan, hingga sensor dan perangkat.
Fujitsu sendiri mengklaim telah berupaya mengatasi masalah yang dihadapi manusia dan dunia melalui teknologi dan inovasinya, termasuk di antaranya mengembangkan cloud computing, teknologi sensor, terminal yang tersedia di manapun serta teknologi komunikasi bergerak.
Nah, sederet solusi tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan dunia nyata terkait pangan, kesehatan, energi, transportasi, logistik, lingkungan hidup serta pengelolaan energi.
Untuk nama terakhir, salah satu produk yang menjadi andalan Fujitsu adalah Smart Grid. Ini adalah jaringan distribusi listrik generasi terbaru yang memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kehandalan pasokan listrik, memperkenalkan energi terbarukan dan mengoptimalkan penggunaan energi oleh konsumen.
Berdasarkan jaringan suplai listrik yang bertugas memasok daya, dan jaringan komunikasi yang mengawasi dan mengendalikan fasilitas yang membentuk jaringan pasok daya, TIK memungkinkan pelanggan listrik untuk meningkatkan pengelolaan energi listrik di seluruh pembangkit listriknya.
Hal ini akan memungkinkan aliran listrik yang tinggi dapat disuplai secara efisien sekaligus menciptakan masyarakat yang kaya energi, aman dan rendah karbon.
Fujitsu Smart Grid terdiri dari dua solusi: Advanced Metering Infrastructure (AMI) dan Energy Management System (EMS). Solusi AMI menawarkan penggunaan energi listrik yang optimal dengan mengumpulkan infromasi secara efisien di unit regional atau komunitas.
Kemudian, Solusi EMS mampu mengumpulkan dan mendistribusikan data dalam jumlah besar di unit regional atau komunitas, memastikan keamanan pada tiap lapisan maupun beragam tingkatan, serta menyediakan data yang bernilai tambah baru dengan meenggunakan analisa dan pengelolaan yang sistematis.
"Kami yakin pada kemampuan TIK untuk mengubah masyarakat. Inilah mengapa Fujitsu ingin mewujudkan Human Centric Intelligent Society, yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kebaikan manusia serta membentuk masa depan yang lebih cerah," pungkas Achmad.
0 komentar:
Posting Komentar