Pages

Ads 468x60px

Jumat, 26 Oktober 2012

Mencari Alternatif Frekuensi 3G

Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Frekuensi 3G di 2,1 GHz hanya menyisakan dua blok kanal saja. Tak akan cukup untuk lima operator 3G yang ada di Indonesia. Di tengah kekurangan frekuensi ini, memang harus ada alternatif lain untuk membuka jalur baru spektrum pita lebar seluler.

Menurut sejumlah praktisi telekomunikasi, ada sejumlah alternatif frekuensi yang bisa digunakan untuk memperluas cakupan 3G di Indonesia. Selain di 2,1 GHz, 3G juga bisa di 900 MHz, 1.800 MHz, atau bahkan di 700 MHz.
"Sebaiknya dipikirkan langkah lain untuk menggelar 3G. Jangan terpatok hanya di 2.1 GHz," kata salah seorang anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, di sebuah acara diskusi telekomunikasi di Jakarta, belum lama ini.

Pemerintah memang telah berinovasi dengan memberikan kesempatan bagi operator 3G untuk menggelar layanannya di luar 2,1 GHz. Salah satunya dengan memberi izin kepada Indosat untuk menggelar 3G di frekuensi 900 MHz. 

Saat operator ini melakukan uji coba 3G 900 MHz di Padang dan Bukit Tinggi beberapa waktu lalu, Menkominfo Tifatul Sembiring, juga telah menyampaikan secara terbuka kemungkinan 3G untuk frekuensi lainnya.

"Kami terbuka untuk 3G di frekuensi lainnya. Nanti diproses sesuai permintaan dari operator," kata Tifatul, saat itu.

Dibukanya peluang untuk menggelar 3G di luar 2,1 GHz membuat operator lain berminat mengikuti jejak Indosat. Telkomsel, Axis dan XL kabarnya tengah bersiap untuk meminta izin menggelar 3G di 1.800 MHz.

Bagi Telkomsel dan Axis diperkirakan bisa mulus menggelar 3G di 1.800 MHz jika memang niat itu serius direalisasikan. Sebab, keduanya di frekuensi itu memiliki lebar pita yang cukup longgar.

Berdasarkan catatan, di frekuensi1.800 MHz Telkomsel memiliki lebar pita22,5 MHz, Indosat 20 MHz, XL Axiata7,5 MHz, Axis Telekomunikasi Indonesia 15 MHz, dan Hutchison CP Telecom 10 MHz.

Melihat kenyataan itu, Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengusulkan rebalancing alokasi frekuensi sebelum diterapkannya teknologi netral di 1.800 MHz. Apalagi, pengelolaan frekuensi di 1.800 MHz akan masuk 10 tahun sesuai dengan hak yang dimiliki operator. 
"Pasalnya, ada ketimpangan dari sisi kepemilikan frekuensi dan posisinya tidak contiguous," ungkap Hasnul. Diungkapkannya, XL pernah meminta tambahan alokasi frekuensi ke pemerintah tetapi belum direspons. 
"Jika memang ada wacana di frekuensi itu akan diterapkan teknologi netral seperti di 900 MHz, kita minta dievaluasi utilisasi frekuensi yang selama ini dimiliki operator. Jika ada yang tidak maksimal dikembalikan ke pemerintah, setelah itu dialokasikan bagi yang membutuhkan," jelasnya.

Menurut Hasnul, XL tak mungkin menerapkan teknologi 3G di 900 MHz karena di rentang itu sudah padat dan alokasi yang dimiliki sangat minim, yakni 7,5 MHz. Saat ini di spektrum 900 MHz, Indosat memiliki lebar 10 MHz, Telkomsel 7,5 Mhz, XL Axiata 7,5 MHz.
"Tak mungkin jika bicara menerapkan 3G di 900 MHz bagi XL. Tetapi kami tidak khawatir jika ada yang menerapkan 3G di frekuensi itu, kita punya strategi sendiri menghadapinya," papar Hasnul.

DirjenSumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Kominfo, M Budi Setiawan mengatakan pemerintah juga berencana untuk menata ulang alokasi frekuensi di 900 MHz dan 1.800 MHz karena ada operator yang tidak rata kepemilikannya.
Peneliti dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai kebijakan pemerintah dalam memberikan izin untuk upgrade teknologi di 900 MHz dan 1.800 MHz bisa berakibat fatal karena tidak pernah dikonsultasikan dengan uji publik.
"Upgrade dari 2G ke 4G LTE di 1.800 MHz atau 3G di 900 MHz itu harus rebalancing spektrum dulu. Soal refarming ini, pemerintahan yang baik seharusnya punya konsep jauh ke depan, melibatkan stakeholder sebelum mengambil kebijakan dan sebagai wasit tentunya harus adil kepada semua pemain agar sama-sama maju dan sejahtera," tegasnya.

Sementara Daniswara Pandina, Head of Regulatory Development and Compliance Division Telkomsel, menyarankan pemerintah menerapkan skema frekuensi sharing di spektrum 3G yang sangat terbatas ini. Di lain kesempatan, Head of Customer Team Indosat dari Nokia Siemens Network, Harald Preiss, menilai modernisasi jaringan di 900 MHz akan menghasilkan kapasitas yang lebih besar dibandingkan penggunaan 3G di 2,1 GHz karena frekuensinya yang lebih rendah.

"Semakin rendah frekuensi, semakin bagus sinyalnya. Perpindahan dari 2,1 GHz ke 900 MHz jauh lebih baik dibanding ke 1.800 MHz. Atau kalau mau lebih bagus lagi di 700 MHz. Namun sayangnya frekuensi itu masih belum dialokasikan untuk 3G," pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar